Cara Mencapai Kesuksesan
Keberhasilan, kesuksesan, keberuntungan dan
kemenangan adalah hal yang menjadi impian, harapan, dan dambaan setiap
manusia. Tidak seorangpun yang menginginkan kegagalan, kehancuran,
kebinasaan dan kekalahan dalam hidupnya, baik di dunia maupun di
akhirat. Akan tetapi, untuk memperoleh kemenangan dan keberhasilan
tidaklah semudah membalik telapak tangan. Seseorang harus menempuh jalan
panjang yang berliku serta penuh onak dan duri. Kalau ada kesuksesan
dicapai tanpa perjuangan yang melelahkan, maka agaknya kemenangn dan
keberhasilan itu, tidaklah akan terasa sebagai sebuah kemenangan dan
keberhasilan.
Allah swt. memberikan beberapa petunjuk dan cara
bagaimana seseorang bisa memperoleh keberhasilan dan kesuksesan. Ada
beberapa syarat yang mesti dipenuhi dan diikuti manusia agar sampai ke
gerbang kesuksesan dan keberhasilan, sehingga dia menjadi pemenang.
Pertama,
seseorang mesti memiliki ketangguhan dan ketegaran menghadapi berbagai
tantangan, hambatan dan kesulitan. Sebab, dalam melakukan suatu
perbuatan, sesederhana apapun bentuknya tentulah akan memiliki hambatan
dan rintangan serta kesulitan. Orang yang berhenti pada satu tahap
kesulitan dan hambatan lalu meninggalkannya, tentulah tidak akan pernah
sukses. Kesuksesan baru diperoleh jika seseorang gigih dalam
melakukannya. Ketika dihadapkan pada sebuah rintangan, hambatan, dan
kesulitan justru hal itu menjadi pendorongnya untuk lebih bersemangat
guna mencapai kesuksesan. Begitulah yang disebutkan Allah swt. dalam
surat Ali ‘Imran [3]: 146
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ
رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Artinya:
“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah
besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah
karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan
tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar.”
Kenapa para nabi Allah sukes dalam melaksanakan misinya?
Sebab, mereka adalah orang-orang yang tidak lemah, tegar, tidak lesu dan
loyo serta tidak mudah menyerah pada satu kesulitan. Perjalanan dakwah
para nabi dan rasul Allah, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan bukan
pula tanpa tantangan. Tidak sedikit dari mereka yang diancam,
diintimidasi, dicaci dan dimaki, dikejar dan diburu, serta sebagiannya
dibunuh. Akan tetapi, mereka tetap meraih kesuksesan, karena ketegaran
dan ketangguhan yang mereka miliki.
Kedua, hendaklah seseorang
selalu berusaha melawan dan menahan gejolak jiwanya. Sebab, ketika
manusia berbuat suatu kebaikan, tentulah syaithan tidak akan pernah
tinggal diam melihat manusia sampai ke tujuannya. Syaithan dengan sekuat
tenaga dan segenap kemampuannya akan berusaha menggagalkan manusia dari
kesuksesan, dengan cara membuat gejolak dalam jiwa manusia itu. Tanpa
disadari akhirnya manusia tersebut, dikalahkan oleh kehendak nafsunya
yang telah ditunggangi syaitah. Allah swt berfirman dalam surat
an-Nazi’at [79]: 40-41
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى(40)فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى(41)
Artinya:
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,40maka sesungguhnya surgalah
tempat tinggal (nya).”
Orang yang berhak memperoleh sorga Tuhan
sebagai “simbol” kemenangan yang hakiki dan abadi, adalah orang yang
takut kepada Tuhan dan selalu menahan gejolak jiwanya. Sebab, nafsu dan
gejolak jiwa manusia selalu menggiringnya kepada kegagalan, kehancuran
dan kebinasaan.
Ketiga, seseorang haruslah memilki rasa percaya diri
yang tinggi terhadap kemapuannya dalam melakukan sesuatu. Ketika
melakukan suatu hal, hendaklah manusia membuang rasa minder, rendah
diri, cemas, takut dari dalam dirinya. Hendaklah dia membangun rasa
percaya diri kalau dia mampu melakukannya, dan bahwa dia adalah yang
terbaik dalam hal itu. Begitulah yang dipesankan Allah dalam surat Ali
‘Imran [3]: 139
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah (minder), dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Ketika seseorang
berkhutbah atau berceramah mislanya, untuk mencapai sukses hendaklah dia
memiliki rasa percaya diri akan kemampuannya. Buanglah rasa cemas,
takut, minder dan sejenisnya kemudian anggaplah bahwa kita adalah yang
terbaik dalam hal itu, sementara orang lain tidak lebih hebat dari kita
(bukan bermaksud sombong dan menganggap rendah orang lain). Dengan
begitu, seseorang akan sampai pada kesuksesan dan keberhasilan.
Keempat,
hendaklah seseorang memiliki tekad yang bulat dan membuang sikap
ragu-ragu. Sebab, sikap ragu-ragu bukan saja akan membuat manusia
mengalami kegagalan dan kerugian, namun akan membuat manusia takut dan
tidak berani berbuat sesuatu. Ketika akan melakukan sesuatu, hendaklah
seseorang berkeyakinan bahwa dia mampu melakuannya, dan fokos terhadap
sesuatu itu. Mestilah dia memiliki keyakinan yag mantap dan tekad yang
bulat dengan pilihannya tersebut. Itulah yang disebutkan Allah dalam
surat al-Hujurat [49]: 15
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ
الصَّادِقُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”
Akan tetapi,
tentunya tekad yang bulat dan keyakinan yang penuh haruslah diikuti
dengan kerja keras dan kesungguhan dengan mengerahkan segenap potensi
yang dimiliki untuk sampai kepada kesuksesan itu. Tidaklah ada artinya
suatu tekad, jika tidak dibarengi dengan usaha dan kerja keras serta
kesungguhan dalam berbuat.
0 komentar:
Posting Komentar